Asila Tak Butuh Senyum (2)
***
Terang dicecar kutu sepi. Laksana sebutir gula dipadati semut. Nyaris smuanya tertelan. Batin dimangsa kesunyian.
Asila membenci dirinya begitupun dalam bayangan. Sisi gelap adalah ruang hidup yang tak bertepi. Sungguh tak ada celah baginya untuk tersenyum. Baginya senyum adalah kemunafikan atas hidupnya.
Dalam kesendirian hanyalah imaji teman sejati. Tak mampu berharap banyak lagi. Asila meratap setiap pagi. Tak ada gagal absen untuk sepinya.
Lembaran putih bergaris tempat pinta dicerai berai oleh kenyataan. Semua menjadi belum saatnya.
Bintang malam temani aku
Wujudkan kedamaian dalam istana batin
Bersinar dan tutuplah kehampaanBintang malam tersenyumlah dan temani aku lewati kelam.
Kau tau abis gelap ada terang
Tapi rumahku tertutup, tak bercelah.
Terobos dan riangkan aku
Kau teman baikku tapi tak mengasihi
Hanya diam lalu sesekali berkedip menghinaku
Puisi kecemburuan di atas adalah setitik dari segumpal kata dalam diary-nya. Cerita tak ada putus dan ending bahaginya. Terus berkisah dalam setiap kesunyiannya.
Asila hanya memandang bintang terdekat. Matanya telah alergi melotot bintang jauh. Pasrahlah dia berharap besar. Jiwa menciut dalam kelapangan samudera kasih sayang.
***
Berkomentarlah yang Santun!